Gorontalo- Perayaan Maulid Muhammad SAW, Walima pada Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III Gorontalo berlangsung meriah terutama saat berebut kue tolangga. Sebuah budaya Gorontalo yang sudah menjadi tradisi wajib adalah merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW atau disebut “Walima”.
Pada dulu kala, para tokoh agama dan adat bersepakat, perayaan Walima dilakukan dengan membuat satu wadah atau tempat yang diberi nama “Lilingo”.
Berkembangnya waktu, pada tahun 1927 walima semakin meriah, lilingo yang bentuknya sederhana dilengkapi dengan kue dan telur masak ditusuk dengan bambu yang telah diraut dengan bersih kemudian ditancapkan di permukaan lilingo dan diberi nama ”Toyopo (Tututupo Woyowoyopo).
Melansir jurnal “Studi tentang bentuk dan makna Tolangga dalam Walima di Kota Gorontalo” disebutkan, pada tahun 1937 pemerintah membuat toyopo yang besar dan diletakkan pada suatu tempat (wadah) yang terbuat dari bambu kuning.
Zaman yang berubah membuat walima sedikit mengalami modifikasi. Beberapa hiasan tolangga ditambah dengan kue, kopi saset, makanan ringan kemasan, mie instan dan sebagainya. Ada juga yang menambahkan brudeli atau brudel, kue panggang yang berbentuk lingkaran dengan lubang di bagian tengahnya.
Usai didoakan di masjid, selanjutnya panganan dalam tolangga dibagikan kepada para pelantun dikili atau pezikir.
Tak terkecuali para Warga binaan saling berebut kue kolombengi, sukade dan kue tradisional lainnya. Tidak hanya kue, WBP juga memperebutkan uang tunai yang digantung pada tolangga.
Tidak hanya warga binaan, petugas lapas perempuan gorontalo juga ikut berebut kue dan juga snack yang digantung pada tolangga tersebut. (Humas LapuanGo!)
Kemenkumham Gorontalo
Heni Susila Wardoyo